Laman

Sabtu, 22 Oktober 2011

Tugas 4

1. Dua bentuk keputusan  yaitu tidak terstruktur dan terstruktur. Kenapa tingkatan atas lebih banyak berhubungan dengan keputusan tidak terstruktur, sedangkan manajer bawah lebih banyak berhubungan dengan keputusan terstruktur?

·         Keputusan tidak terstruktur    
Keputusan yang pengambilan keputusannya harus memberikan penilaian, evaluasi, dan pengertian untuk memecahkan masalahnya. Setiap masalah ini adalah baru, penting, dan tidak rutin dan tidak ada pengertian yang dipahami benar atau prosedur yang disetujui bersama dalam pengambilannya.
Contoh : keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain.


·         Keputusan terstruktur
Sebaliknya sifatnya berulang dan rutin dan melibatkan prosedur yang jelas dalam menanganinya, sehingga tidak diperlukan seakan-akan masalah baru.
Contoh : menyusun sasaran perusahan untuk 5 sampai 10 tahun ke depan atau menentukan kapan harus memasuki pasar yang baru, keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dan lain-lain.


2.  Apa yang dimaksud dengan Sistem Pendukung Keputusan, Jelaskan jawaban anda dengan contoh pada kasus yang anda ketahui.

Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah system berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang memiliki kekuatan besar
(powerful) yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam
pengambilan keputusannya.

 Contoh : Penilaian dan pengendalian unjuk kerja Divisional ini didasarkan atas tolok ukur yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang tertuang dalam SK Menteri No. 826/KMK.03/1992, tgl. 24-07-92 , tentang kriteria sehat atau tidaknya suatu Perusahaan di Lingkungan BUMN. Ratio yang digunakan untuk ini adalah ratio keuangan dari data Neraca dan Perhitungan Laba/rugi yang diterbitkan oleh masing-masing Divisi/SBU.  Dengan sistem ini, pengambil keputusan baik ditingkat Pusat maupun di setiap SBU, akan lebih mudah dan cepat mengetahui dan sekaligus menganalisa setiap terjadi perubahan untuk kerja baik di masing-masing Divisi/SBU maupun di tingkat Pusat secara keseluruhan. Disamping itu, antisipasi secara dini dapat diberikan apabila terjadi gejala penyimpangan yang berdampak negatif terhadap unjuk kerja Perusahaan.  Dalam rancangan SPK ini dilakukan modifikasi kodifikasi akuntansi yang telah ada, yaitu tentang Rode Rekening , yang tadinya terdiri dari 16 digit yang berisi unsur Rode Jenis Biaya dan Tempat Biaya, dirubah menjadi 2x8 digit yang terdiri 2 unsur terpisah :
8 digit pertama untuk Unsur Jenis Biaya
8 digit kedua untuk Unsur Tempat Biaya
Modifikasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penyisipan , perubahan, penghapusan data dan untuk menghindari terjadinya pengulangan data yang sama. Dengan cara ini modifikasi data base akan lebih mudah dilaksanakan. Pengolahan data untuk menjadi Neraca dan Perhitungan Laba/rugi, dilakukan secara otomatis, sedangkan sistem yang lama masih dilakukan secara manual. Konsep rancangan ini telah diterapkan di PT. INTI (Persero) , khususnya di SBU Transmisi. Dan hasilnya dinilai cukup memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar